Sejarah Cut Nyak Dhien dalam Memperjuangkan Indonesia

Perjalanan sejarah Indonesia dalam memerdekakan diri tidak lepas dari perjuangan heroik para pahlawan. Salah satu pahlawan yang juga turut serta dalam perjuangan ini yaitu Cut Nyak Dhien. Cut Nyak Dhien merupakan seorang pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh.

Bersama rakyat Aceh, Ia berjuang melawan kolonialisme Belanda di Aceh saat itu. Dengan tangkas dan berani, Cut Nyak Dhien berdiri di depan memberikan komando perang. Selengkapnya, jangan lewatkan pembahasan berikut!

Perjuangan Cut Nyak Dhien dalam Sejarah Indonesia untuk Mengusir Penjajah

Cut Nyak Dhien merupakan seorang Pahlawan Nasional yang lahir pada tahun 1848 dan merupakan sosok penting dalam history Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan. Adapun perjuangannya yaitu sebagai berikut:

  1. Teuku Cek Ibrahim Gugur

    Kemarahan Cut Nyak Dhien terhadap Belanda semakin membara setelah gugurnya Teuku Cek Ibrahim. Peperangan ini terjadi di Gle Tarum di tanggal 29 Juni 1878. Kematian ini tidak mematahkan semangatnya untuk melanjutkan perlawanan, justru membuatnya semakin berapi-api.

  2. Dipinang Teuku Umar

    Pada upacara penguburan Teuku Cek Ibrahim, Cut Nyak Dhien bertemu dengan Teuku Umar. Ia meminang Cut Nyak Dhien dan ingin memperistrinya. Meskipun awalnya ditolak, pinangan Teuku Umar akhirnya diterima oleh Cut Nyak Dhien.

    Pria tersebut memiliki garis keturunan yang masih satu garis kekeluargaan dengannya. Akan tetapi, sebab Teuku Umar memiliki keinginan yang sama untuk mengusir Belanda dari Aceh, maka Cut Nyak Dhien menerimanya. Pada akhirnya, mereka berjuang bersama untuk memenangkan tanah rencong.

  3. Melawan Belanda

    Perlu Anda ketahui dalam sejarah Indonesia, yakni dalam gerakan melawan Belanda, Cut Nyak Dhien mulai kembali dari awal dengan mengumpulkan para pejuang Aceh lainnya. Ia gencar melakukan serangan dengan sistem gerilya hingga membuat pasukan Belanda panik. Teuku Umar mencoba menjalin kedekatan dengan Belanda pada tahun 1875.

    Saat 30 September 1893, Teuku Umar bersama 250 orang pasukannya menghadap Belanda di Kutaraja untuk menyerahkan diri. Kala itu, Belanda merasa gembira lantaran musuh berbahayanya bersedia membantu niat jahat mereka. Karena hal ini, Belanda memberikan Teuku Umar kekuasaan penuh, sebagai komandan unit pasukan Belanda. Tentunya, rencana ini dirahasiakan sepenuhnya oleh Teuku Umar.

    Ia berniat menipu Belanda, walaupun pada saat itu ia justru dianggap menghianati orang Aceh. Adapun, Cut Nyak Dhien berusaha untuk menasehatinya agar kembali menentang Belanda. Akan tetapi, Teuku Umar masih saja menjalin hubungan dengan kolonial tersebut.
    Dalam kesempatan ini, Teuku Umar mempelajari taktik yang digunakan oleh Belanda. Ia juga perlahan mengganti orang Belanda sebanyak mungkin dalam unit yang dinaunginya.

  4. Pengkhianatan Teuku Umar

    Ketika Teuku Umar merasa jumlah pasukannya sudah cukup di Aceh, ia mengatakan rencana palsu untuk mengelabui Belanda dengan mengatakan berkeinginan menyerang basis Aceh. Selanjutnya, Teuku Umar beserta Cut Nyak Dhien pergi berbekal senjata, alat berat, dan amunisi Belanda. Karena penghianatan ini, Belanda melancarkan serangan besar-besaran dan memburu pasangan suami istri tersebut.

  5. Cut Nyak Dhien Memimpin Perlawanan

    Pada tanggal 11 Februari 1899, perjuangan Teuku Umar berakhir setelah gugur dalam pertempuran Meulaboh. Selanjutnya, Cut Nyak Dhien memimpin perlawanan melawan kolonial Belanda di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

    Perlawanan ini dikuatkan oleh anaknya, Cut Gambang. Namun, seiring berjalannya waktu Cut Nyak Dhien semakin tua untuk melawan Belanda. Hal ini membuat seorang prajurit melaporkan keberadaan Cut Nyak Dhien pada Pasukan Belanda.

  6. Akhir Hidup Cut Nyak Dhien

    Pada tanggal 11 Desember 1905 di Pulau Jawa, Cut Nyak Dhien berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Hal ini dilakukan untuk menghalangi masyarakat Aceh dari pengaruhnya.

    Dalam pengasingannya, ia mengajar agama meskipun mengalami gangguan penglihatan. Selama itu ia merahasiakan jati dirinya hingga wafat pada 6 November 1908. Kemudian ia dikebumikan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat.

Demikian kisah perjuangan heroik Cut Nyak Dhien dalam melawan Belanda demi memerdekakan tanah Aceh. Selain Cut Nyak Dhien, ada banyak pahlawan wanita lainnya yang turut bergerilya dan berjasa dalam sejarah Indonesia.

Back To Top