Fakta Sejarah Fort Rotterdam Makassar

Benteng Ujung Pandang atau sejarah Fort Rotterdam merupakan peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang dibangun pada abad ke-17 di kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng pertahanan ini memiliki desain arsitektur yang unik. Dilihat dari atas, bentuk benteng menyerupai penyu berjalan menuju Pantai Losari. Bentuk ini rupanya dipengaruhi oleh letak kelima bastion tersebut.

Bastion merupakan sayap kiri dan kanan benteng yang dibangun untuk memperkuat pertahanan. Banyak fakta menarik mengenai Bastion Fort Rotterdam, mulai dari fungsinya hingga filosofi di balik namanya.

Beberapa Fakta Sejarah Fort Rotterdam

Salah satu peristiwa bersejarah terpenting di Fort Rotterdam adalah berfungsi sebagai tempat untuk penjara Pangeran Diponegoro, berikut beberapa sejarahnya.

1. Pembangunan Asli Benteng Rotterdam Diprakarsai Oleh Tiga Raja Berpengaruh Gowa

Menurut Andi Muhammad Said dkk. (2013), bangunan ini pertama kali dibuat pada tahun 1545 atas perintah Daeng Matanre Karaeng Manggutungi Tumapa’risi Kallonna, Raja Gowa IX.

Awalnya hanya dibangun dari bukit tanah liat. Oleh karena itu, pembangunan benteng Raja Gowa dilanjutkan kembali.

Selanjutnya sejarah Fort Rotterdam pada tahun 1939, Sultan Alauddin kembali melakukan penataan dengan membangun tembok kedua bangunan ini.

2. Penamaan Asli Berdasarkan Ciri Geografis Dan Pola Denah Lokasi

Berdasarkan buku karya Sagimun M.D. bertajuk Benteng Ujung Pandang (1992), penamaan Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam didasarkan pada letak geografis bangunan tersebut.

Terletak di ujung tanah atau pantai yang ditumbuhi pohon pandan, atau disebut dengan masyarakat Makassar sebagai “pandang”.

Menurut Hamzah Daeng Mangemba (1972), pohon pandan atau pandang (bahasa Makassar) adalah pohon mirip nanas yang daunnya dapat dianyam menjadi tikar.

Oleh karena itu, sejarah Fort Rotterdam untuk Namanya diartikan sebagai benteng pertahanan di tepi pantai yang banyak tumbuh pohon pandan.

Bangunan yang menghadap Selat Makassar ini tidak hanya disebut Benteng Ujung Pandang saja, tetapi juga disebut Panyyua (Benteng Penyu) oleh warga Makassar.

Nama banguanan ini bukanlah suatu kebetulan karena jika dilihat dari atas, bangunan ini terlihat seperti pola penyu yang sedang merayap menuju pantai.

3. Corak Penyu Mempunyai Filosofi Mendalam

Beberapa sumber menjelaskan, sejarah Fort Rotterdam dalam pemilihan gambar siteplan bergambar penyu tersebut Pola lambang pertahanan milik Kerajaan Gowa, karena hewan ini dapat hidup di darat dan laut.

Hal ini sesuai dengan latar belakang Kerajaan Gowa-Tallo yang tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan terbesar pada abad ke-17 dan dikenal dalam sejarah Belanda sebagai kerajaan yang sangat sulit untuk ditaklukkan.

Hal ini tentu saja didukung oleh kualitas panglima perang dan kekuatan pertahanannya. Filosofi pola kura-kura tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas pertahanan Kerajaan Gowa Tallo saja.

Tetapi juga terkait dengan penamaan benteng Ujung Pandang yang mengacu pada vegetasi pohon pandan yang banyak terdapat di kawasan bangunan tersebut.

3. Filosofi Perut Penyu

Salah satu pemandu wisata sejarah Fort Rotterdam, masyarakat Makassar meyakini masyarakat yang berada di dalam perut penyu akan merasa aman jika tinggal di Benteng Ujung Pandang.

Masyarakat setempat juga mengungkapkan, bangunan ini juga mengadopsi karakter suku Bugis Makassar yang menjunjung tinggi filosofi siri’ na pacce (harga diri dan empati) dan prinsip kualleanggi talanga na toalia (lebih baik saya tenggelam).

Diketahui bahwa penyu merupakan reptil laut yang mirip dengan penyu dan dikenal pandai menjelajahi dunia. Semangat mengembara dan kegigihan hewan ini memang benar-benar menjadi ciri khas masyarakat Bugis-Makassar bukan?

5. Saksi Bisu Kekalahan Sultan Hasanuddin dalam Perang Makassar

Sejarah Fort Rotterdam I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Muhammad Baqir Karaeng Bonto Mangape atau Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa XVI yang terkenal dengan julukan Het Hantjes van Oosten (Ayam dari Timur).

Julukan ini diberikan bukan tanpa alasan, mengingat Sultan Hasanuddin terkenal dengan keberanian dan kegigihannya melawan kolonialisme dan imperialisme Belanda.

Menurut Sutrisno Kutoyo dan Dr. Safwan karya Mardana (2021), Sultan Hasanuddin dan armadanya pertama kali menyerang pada tahun 1616.

Penyebabnya adalah kemarahan akibat penculikan bangsawan Kerajaan Gowa oleh nakhoda kapal Enkhuyzen dan keangkuhan kapal De Eendracht saat mendarat di pelabuhan Makassar.

Sejak itu, pergolakan Sultan Hasanuddin tidak kunjung usai. Hingga akhirnya sejarah Fort Rotterdam yaitu pecahnya Perang Makassar pada tahun 1666 dan berakhir pada tahun 1669

Kekalahan perlahan tapi pasti ini dimulai dengan penandatanganan Cappaya ri Bungaya (Perjanjian Bongaya) pada tanggal 18 November 1667.

6. Nama tetap Diambil dari Kampung Halaman Laksamana Cornelis Speelman

Menurut Rasyid (1983), Panglima Cornelis Speelman mulai menetap di kawasan benteng pada tanggal 1 November 1667. Selain itu ia juga memperkuat pertahanan benteng tersebut dengan melakukan sedikit perubahan.

Renovasi dinding bangunan dengan material batu padat yang diperkuat dengan pasir, tanah liat dan andesit. Merenovasi seluruh bangunan di kawasan benteng dengan membangun bangunan berdasarkan pola arsitektur Belanda.

Tempatkan meriam di dinding benteng dan nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Penamaan Fort Rotterdam dipilih untuk merayakan kemenangan perang dan mengenang kampung halaman Cornelis Speelman.

Karena bangunan ini didirikan oleh Cornelis Speelman dan penamaannya. Oleh karena itu, nama benteng pertahanan ini masih digunakan hingga saat ini sebagai simbol wisata sejarah Fort Rotterdam kota Makassar.

Back To Top